Aku menyusuri sebuah jalan bersama kakek ku. Jalan nya begitu rusak sehingga kami kesulitan untuk mengendarai sebuah sepeda tua yang kami kendarai. Aku mengerti kondisi kakek ku yang sudah rentan sehingga aku yang harus mengambil alih mengendarai sepeda tua itu. Meski rusak jalan itu tetap ramai oleh banyak orang. Tak sedikit yang mengendarai sepeda tua, lalu beberapa motor tengah mengangkut tumpukan rumput. Namun di tengah perjalanan ketika mendapati sebuah jalan yang sudah rata. Sekumpulan orang sangar, mengenakan pakaian yang tak selayaknya dibumbuhi tato dimana-mana menghentikan perjalanan kami. Mereka menginginkan kami untuk membayar uang keamanan katanya. Lalu kami pun membayar agar tak menimbulkan masalah berlebihan.
"Bang kembali dua ribu" -- ujarku setelah memberikan selembaran uang lima ribu.
"Sudah sana pergi. Tak ada kembalian untuk kau". -- jawabnya tanpa memandangku. "Tapi bang...." Aku berusaha menyangkal karna di depanku tampak sebuah kotak bertuliskan uang keamanan tigaribu.
"Kau mau membantah?ha?" -- bentaknya. Aku hanya diam tak mampu berbuat apapun. Aku pun kembali mengendarai sepeda tua ku. Namun setelah beberapa kaki aku mengayuh sepeda tampak sebuah motor melaju kencang menerobos segerombolan orang penagih uang keamanan. Keadaan mulai ricuh. Aku mengikuti motor yang tengah melaju itu. Aku mengikuti arahnya. Sebenarnya sungguh tidak mungkin sepeda tua mengejar sebuah motor dengan kecepatan penuh. Aku tak menyadari itu. Namun kenyataannya yang terlihat aku mampu mengayuh sepedaku mengejar motor itu. Kurasa ini sudah cukup jauh untuk dia kabur. Namun disamping kanan kiriku lalu di belakangku tampak segerombolan anak-anak tengah mengejar. Bukan-- mungkin bukan anak tapi boneka. Iya puluhan boneka tengah mengejar motor itu. Aku bahkan tidak memahami bagaimana mungkin boneka itu bisa hidup?apakah para preman tadi yang menghidupkan mereka. Pengendara motor itu berbelok ke sebuah ruko yang terdiri dari tiga lantai. Pengendara motor itu berlari seakan ingin mengelabuhi puluhan boneka tersebut. Namun mustahil untuknya karena terlalu banyaknya boneka yang tengah mengejarnya. Lelaki itu kehilangan arah, mengelilingi ruko hingga lantai atas lalu turun lagi berlari sekencang mungkin. Aku mencoba dan berusaha mendekati boneka hidup itu. Kali ini salah satu boneka tersebut melihatku. Aku terkejut. Bentuk tubuh boneka itu seperti manusia namun wajahnya tetap seperti boneka, mungil dan menggemaskan. Aku berusaha bersikap ramah mencoba membuka pembicaraan dengan hati-hati.
"Halo. Bisakah kita berbicara sebentar" -- ujarku dengan nada gemetar.
Namun boneka itu tak menjawab lalu melanjutkan mencari lelaki yang tengah kabur itu. Aku heran, bagaimana bisa hanya karena tidak membayar uang keamanan sebesar tiga ribu rupiah lelaki itu dihantui puluhan boneka yang tak jelas asal-usul nya.
Waktu berganti dan entah bagaimana aku tidak lagi bersama kakekku. Aku bersama seorang teman sebayaku di sebuah ruko yang berlantai tiga. Tempat kejadian seorang lelaki tengah di kejar puluhan boneka. Aku berjalan menyusuri beberapa toko namun semua toko yang ada tutup tak berpenghuni. Aku mulai takut, bulukuduk ku merinding. Di tengah langkah kakiku, aku menemukan sebuah tabung terletak diantara rerumputan. Aku berusaha mendekati tabung tersebut perlahan tak peduli apa yang akan terjadi. Aku mengambilnya dan melihat dengan jelas wajah boneka semalam berada dalam tabung tersebut. Boneka itu tiba-tiba tersenyum kepadaku. Sontak aku terkejut dan melempar tabung yang berisi boneka tersebut. Namun yang mengejutkan lagi tiba-tiba tabung tersebut berbunyi layaknya sebuah petasan yang tengah dinyalakan. Aku dan temanku pun berlari sekencang mungkin menghindari apa yang akan terjadi pada tabung yang akan meledak itu. Aku pun belari tak tentu arah hingga akhirnya......
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku terbangun dan syukurlah cerita itu hanyalah mimpi😥😥
Sabtu, 30 April 2016
Misteri Boneka dalam Petasan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar